Pemerintah dan Sensitivitas Pangan Nasional





           Sudah sejak lama kita ketahui bahwa pemerintah selalu mencanangkan visi swasembada pangan dalam negeri. Swasembada pangan inilah yang nantinya akan memberikan output berupa ketahanan pangan bagi suatu negara. Tentunya visi tersebut sangat didamba-dambakan oleh seluruh rakyat di negara kita tercinta, Indonesia. Namun, sebelum merujuk ke visi tersebut, harus diperhatikan hal yang begitu penting yang selalu menyertainya yaitu misi. Visi tanpa misi yang jelas tentu akan terkesan sangat sia-sia.

Pemerintah terkesan terlalu terburu-buru dalam menentukan kebijakan swasembada pangan. Swasembada pangan tidak akan dapat tercapai dalam waktu yang relatif singkat. Perlu pemikiran dan kebijakan yang sesuai serta tegas untuk mewujudkannya. Pada kenyataannya, misi pemerintah selalu tak sejalan dengan visi yang ingin dicapai. Seperti halnya visi pemerintah untuk mewujudkan diversifikasi pangan 2013 yang notabene adalah kunci ketahanan pangan. Diversifikasi pangan di tahun 2013 ini tentu tidak dapat dicapai apabila kita melihat anggaran APBN 2013. Dana yang dikucurkan untuk produktivitas pertanian hanya berkisar untuk padi dan palawija, sedangkan sektor agro cakupannya sangat luas. Sekali lagi pemerintah terkesan tidak luwes dalam memberikan kebijakan untuk bidang agro.

Di akhir tahun lalu, kita digemparkan dengan kebijakan pemerintah mengenai impor singkong. Hal ini sangat tidak masuk akal, pemerintah yang seharusnya terkesan bijaksana dan cendekiawan di mata rakyatnya pada kenyataan terlihat begitu bertolak belakang. Data BPS menunjukkan bahwa produksi singkong dalam negeri sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia. Pemerintah seakan cerdik untuk berkilah menyatakan bahwa yang mereka impor adalah tepung singkong dimana produksi tepung singkong dalam negeri belum memenuhi. Jika saja pemerintah tidak mementingkan keuntungan semata, maka dengan pikiran yang jernih seharusnya para petinggi di negeri ini mampu mencari solusi lain selain impor. Bukankah Indonesia memiliki begitu banyak cendekiawan muda yang sangat tahu bagaimana memenuhi seluruh kebutuhan tepung singkong di negara ini. Cukup panggil para lulusan sarjana Teknologi Industri Pertanian dan masalah terselesaikan. Cari orang yang memang sesuai dengan kompetensi yang harus dilakoni. Perlu pemikiran jangka panjang untuk menyelesaikan masalah pangan di Indonesia karena masalah pangan bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan konsumsi semata, tetapi masalah pangan akan menjadi begitu sensitif jika menyangkut harga diri suatu bangsa. Sungguh sangat memalukan apabila suatu negara mengimpor bahan pangan pokok konsumsi setiap hari. Hanya pemerintah yang sensitif yang akan tau betapa sangat mudah menyelesaikan persoalan pangan dalam negeri yang sangat sensitif dengan adanya ribuan sarjana Teknologi Industri Pertanian yang berkompeten dalam permasalahan ini. (odhie)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar